Sejarah KH. Tubagus Muhammad Islah



Sejarah KH. Tubagus Muhammad Islah
(Oleh Lutfi Abdul Gani Berdasarkan Penuturan 
H. Abdul Muhit bin Tb.KH.M. Islah 15 Agustus 2025)

Asal Usul dan Kelahiran

KH. Tubagus Muhammad Islah adalah salah satu ulama karismatik yang berasal dari Serang, Banten. Beliau dilahirkan sekitar tahun 1850-an di daerah Serang. Perkiraan tahun kelahiran ini diperoleh dari keterangan puteranya, H. Abdul Muhit, yang menyatakan bahwa usia ayahnya ketika wafat sekitar 130 tahun. KH. Tubagus Muhammad Islah wafat pada tahun 1982, sehingga diperkirakan kelahirannya berada pada pertengahan abad ke-19.

Masa Kecil dan Perjalanan Menuntut Ilmu

Sejak kecil, KH. Tubagus Muhammad Islah dikenal memiliki semangat belajar yang tinggi. Pada usia sekitar 12 tahun, beliau meninggalkan kampung halamannya di Serang untuk merantau. Dalam pengembaraannya, beliau mengunjungi berbagai daerah di Nusantara. Bahkan, menurut beberapa riwayat, beliau sempat melakukan perjalanan hingga ke negeri Cina. Perjalanan panjang ini memperkaya wawasan dan pengalamannya dalam menuntut ilmu agama dan hikmah.

Pada suatu masa, KH. Tubagus Muhammad Islah pernah kembali ke kampung halamannya di Serang. Namun, jiwa pengembaraannya membuat beliau kembali melanjutkan perjalanan ke berbagai daerah untuk mengamalkan dan menyebarkan ilmu agama.

Kehidupan Keluarga

Di Serang, KH. Tubagus Muhammad Islah menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai dua orang puteri bernama Masliha dan Masajah. Namun, perjalanannya belum berhenti. Pada usia 35 tahun, beliau pindah ke daerah Pagutan, Bogor. Di sana, KH. Tubagus Muhammad Islah mengajarkan ilmu agama dan dikenal luas sebagai seorang guru ahli hikmah.

Perjuangan di Pagutan

Di Pagutan, beliau menghadapi tantangan sosial berupa maraknya perjudian. Dengan kebijaksanaan dan metode yang unik, KH. Tubagus Muhammad Islah berusaha menghapus perjudian. Konon, beliau sempat ikut berjudi dengan niat agar para bandar bangkrut. Anehnya, setiap kali berjudi, beliau selalu menang. Meskipun demikian, ketika waktu salat tiba, beliau tetap menunaikan ibadah.

Kemenangan demi kemenangan ini membuat para penjudi heran, hingga seorang jawara yang juga bandar menantangnya untuk adu kesaktian. Mereka kemudian pergi ke aliran sungai. KH. Tubagus Muhammad Islah meletakkan sebuah kelapa di air, dan dengan karomahnya, kelapa itu berjalan ke arah hulu. Ketika sang jawara mencoba menirunya, kelapa tersebut justru menjauh, lalu memantul sehingga airnya mengenai sang jawara. Peristiwa ini membuat jawara tersebut insyaf dan menjadi murid KH. Tubagus Muhammad Islah. Sejak saat itu, perjudian di Pagutan pun lenyap, dan banyak murid yang sebelumnya suka bermain mulai tekun belajar agama. Bahkan, sebagian murid beliau dikirim ke pesantren agar kelak dapat melanjutkan perjuangan gurunya.

Pernikahan dan Keturunan

Selain di Serang, KH. Tubagus Muhammad Islah membangun rumah tangga di berbagai daerah:

1. Di Cicayur, beliau menikah dengan Nasiah binti Utun dan dikaruniai enam anak: Abbas, Abdullah, Rabiah, H. Abdul Muhit, Hayatun Nufus, dan Ahmad Fadil.

2. Di Jampang, Bogor, beliau menikah dengan Nyi Masni (istri ketiga) dan dikaruniai anak: Asiah, Khaeriah, dan Nasrullah.

3. Di Cicayur II, beliau menikah dengan Samiah (istri keempat) dan dikaruniai anak: Maemunah, Farhah, Muhammad, dan Fatimah.

Murid dan Pengaruh Dakwah

Perjalanan KH. Tubagus Muhammad Islah di berbagai daerah menjadikannya sebagai figur ulama yang disegani. Ia bukan hanya guru, tetapi juga menjadi orang tua bagi banyak murid. Menurut keterangan H. Abdul Muhit, di setiap tempat persinggahannya, selalu ada murid dan anak angkat yang ia bina.

Murid-murid KH. Tubagus Muhammad Islah tersebar di berbagai daerah seperti Kalaraja, Kreo, Pagutan, Jampang, dan Cicayur. Di antara murid-muridnya terdapat tokoh besar nasional, Jenderal TNI A.H. Nasution, yang konon pernah menawarkan gaji bulanan sebesar Rp400.000 kepada KH. Islah, namun beliau menolaknya.

Selain itu, salah satu muridnya adalah KH. Abdurahman Kadaung, ayah dari KH. Muhammad Basri (Mama Basri) Kadaung Bogor. KH. Tubagus Muhammad Islah bahkan pernah meramalkan bahwa Muhammad Basri yang saat itu masih kecil kelak akan menjadi ulama besar—dan kenyataannya, hal itu terbukti.

Kehidupan Sosial dan Kedermawanan

KH. Tubagus Muhammad Islah dikenal sangat peduli kepada sesama. H. Abdul Muhit pernah menceritakan sebuah kisah menjelang Idul Fitri. Ketika ayahnya membelikannya dua potong baju untuk lebaran, di perjalanan pulang mereka bertemu dengan dua orang tua yang sedih karena tidak mampu membelikan baju untuk anaknya. Tanpa ragu, KH. Islah memberikan kedua baju tersebut kepada mereka. Akhirnya, ketika hari raya tiba, H. Abdul Muhit hanya memakai kaos singlet. Kisah ini menunjukkan betapa besar kepedulian KH. Tubagus Muhammad Islah terhadap orang lain.

Ibadah Haji dan Akhir Hayat

KH. Tubagus Muhammad Islah melaksanakan ibadah haji dengan biaya yang ditanggung oleh Bupati Tangerang saat itu, H.E. Muchdi (menjabat 1966–1978).

Beliau wafat pada Rabu, 25 Agustus 1982 (6 Dzulqaidah 1402 H) dan dimakamkan di Cicayur I, yang kini menjadi area Masjid Raya Al-Mukhtar di Tabebuya BSD. Kemudian jenazah beliau direlokasi ke pemakaman umum di Cicayur I, Pagedangan.

Warisan Perjuangan

KH. Tubagus Muhammad Islah adalah sosok ulama pengembara yang menyebarkan ilmu, hikmah, dan akhlak mulia. Ia tidak hanya mencetak banyak murid yang menjadi ulama besar, tetapi juga meninggalkan keteladanan dalam kepedulian sosial dan keikhlasan berjuang. Hingga kini, nama beliau dikenang di berbagai daerah, terutama di wilayah Tangerang, Bogor, dan sekitarnya.

Posting Komentar untuk "Sejarah KH. Tubagus Muhammad Islah"